Sabtu, 03 Mei 2014

tips dan cara mengobati batuk


Obat sistem pernapasan
A.PENDAHULUAN
1.BRONCHITIS
Bronchitis terjadi akibat peradangan yang kronis pada saluran pernapasan yang menuju ke paru-paru. Peradangan biasanya diikuti oleh demam, sakit pada tenggorokan dan batuk yang terus-menerus.
Bronchitis akut biasanya terjadi oleh factor infeksi pada saluran pernapasan yang diakibatkan oleh virus, seperti influenza/flu. Unutk usia dewasa bronchitis akut biasanya tidak terlalu serius. Tetapi kadang untuk bayi dan anak-anak bisa berakibat fatal.
Bronchitis kronis diakibatkan bukan karena factor infeksi tetapi sering terjadi akibat iritasi paru-paru yang diakibatkan oleh factor alergi terhadap sesuatu.penyebabnya antara lain aklergi makanan tertentu seperti makanan terbuat dari susu, alergi terhadap debu, udara dingin, asap rokok, dll. Pengobatan flu yang tidak tuntas, daya tahan tubuh yang lemah, gangguan pencernaaan juga mempengaruhi terjadinya bronchitis kronis.
Bronchitis kronis berciri batuk menahun dan banyak mengeluarkan sputum (dahak), tanpa sesak napas atau sesak napas ringan. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan terutama oleh Haemophilus influenza atau streptococcus pneumonia .
Pengobatan biasanya dengan antibiotic selama minimal 10 hari, agara infeksi tidak terulang kembali. Obat pilihanyya adalah Amoxilin, Erytromicin, Sefadrin, Sefaklor yang berdaya bakterisit terhadap antara lain bakteri diatas.

2. ASMA
Penyakit asma (astma bronchiale). Berasal dari kata “ asthma” yang diambil dari bahasa yunani yang artinya “ sukar napas” .penyakit asma atau bengek atau mengi adalah suatu penyakit alergi kronis dikenal karena adanya gejala sesak napas akut secara berkala yang disertai batuk dan hipersekresi dahak, yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah.
Pada serangan yang hebat penyaluran udara ke darah sedemikian lemah sehingga penderita membiru kulitnya (cyanosis). Sebaliknya pengeluaran napas dipersulit dengan meningkatnya kadar CO2 di dalam darah.
Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit maka bisa diturunkan keanak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar FKUI menjelaskan “penyakit asma bukan penyakit menular akan tetapi penyakit keturunan”.
Serangan asma biasanya berlangsung selama beberapa menit hinggga beberapa jam.dan dapat diatasi dengan pemberian obat secara inhalasi atau oral. Tetapi dalam keadaan gawat perlu diberi suntikan Adrenalin, Teofilin, dan atau horomon Kortikosteroid.
Umumnya jenis asma yang bersifat alergi sudah dimulai dari masa kanak-kanak. Factor keturunan memegang peranan penting pada terjadinya asma. Pasien asma meiliki kepekaan terhadap infeksi saluran pernapasan, akibatnya adalah peradangan bronchi yang dapat menimbulkan seragan asma.
a.       Gejala penyakit asma
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu.
Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olahraga, atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Suatu serangan asma dapat terjadi secra tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (wheezing, mengi, bengek) batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika pendengar menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang bertahap semakin memburuk.
b.      Tindakan umum
*      Mencegah timbulnya reaksi antigen-antibody dan serangan asma, misalnya dengan menjaga kebersihan seperti menyingkirkan semua rangsangan luar terutama binatang peliharaan, rumah harus dibersihkan setiap hari khususnya kasur, sprei, dan selimut. Begitun juga factor aspesifik seperti perubahan suhu, dingin, asap, dank abut harus dihindari.
*      Berhenti merokok karena asap rook dapat menyebabkan bronkokonstruksi dan memperburuk asma.
*      Fisioterapy, menepuk-nepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran sputum, latihan pernapasan dan relaksasi.
*      Mencegah infeksi primer, dengan vaksinasi influenza.
*      Penberian antibiotic pada pasien asma dan bronchitis dengan infeksi bakteri. Umumnya diberika Amoxilin dan Doksisiklin.
c.       Pengobatan
Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
*      Terapi serangan akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospamolitik untuk melepas kejang bronki. Sebagai obat pilihan adalah Salbutamol atau Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3-5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophilin dalam bentuk supositoria. Obat pilihan lain aialah Efedrin dan Isoprenalin dapat diberikan sebagai tablet, hanya saja efeknya baru terlihat setelah kurang lebih selama 1 jam.
*      Status asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Ini disebabkan oleh blockade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan penyuntikan intra vena Salbutamol atau Aminophilin Hidrokortison dosis tinggi (200-400 mg per jam sampai maksimum 4 gram sehari).
*      Terapi pencegahan
Dilakukan dengan pemberian bronchodilator misalnya Salbutamol, Ipratropium atau Teofilin, bila karena alergi dapat ditambahkan Ketotifen.
d.      Penggolongan obat-obat asma
Berdasarkan meknismenya, kerja obat asma dibagi menjadi beberapa golongan
*       Antialergika
Adalah zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan melepaskan histamine. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan rhinitis alergi (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. Beta-2 adrenerika dan anthistaminika seperti Ketotifen dan Oksatomida juga memiliki efek ini.
*      Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang system adrenergic sehingga memberikan efek bronkodilatas. Termasuk didalamnya yaitu :
1)      Adregenik
Khususnya beta-2 simpatomimetika (beta-2 mimetik), zat ini selektif terhaadap reseptor beta-2 (bronchospamolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor beta-1 (stimulasi jantung). Kelompok beta-2 mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol, Terbutalin, Rimeterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sedangkan yang bekerja terhadap reseptor beta-1 dan beta-2 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin.dll.
2)      Antikolinergik (Oksifenonium, Tiazinamium, Ipratropium.)
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara system adregenik dan kolinergik. Bila reseptor beta-2 sistem adregenik terhambat, maka system kolinergik menjadi dominan. Sehingga terjadi penciutan bronki. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor syaraf kolinergik pada otot polos bronki sehingga aktivitas saraf dregenik menjadi dominan dengan efek bronchidilatas.
Efek samping ; tachycardia, pengental dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kering, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi.
3)      Derivate xantin (Teofilin, Aminophillin, Kolinteofinilat)
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah peningkatan hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi dengan Efedrin praktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek tachycardia diperkuat. Oleh krena itu, kombinasi tersebut dianjurkan.
*      Anthistaminika (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium,  dan Deptropin)
Obat ini memblokir reseptor histamine sehingga mencegah bronchokonstriksi. Banyak anthistamin memiliki daya antikolinergik dan sedative.
*      Kortikosteroid (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason)
*      Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor beta-2, melawan efek meditor seperti gatal dan radang. Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari, berhubung efek sampingnya yaituosteoporosis, borok lambung, hipertensi, dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian inhalasi.
*      Ekspektoransia (Kl, Nh4cl, Bromheksin, Asetilsistein)
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini berguna terutama bila lender sangat kental dan sukar dikeluarkan.
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas lender. Sedangkan Asetiltein mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfide sehingga viskositas lender berkurang.
e.      Obat-obat tersendiri
*      Derivate xantin
1)      Teofilin
Indikasi : asma bronchial, bronchitis asmatic kronik, emfisema
Mekanisme kerja : Spasmolitik otot polos khususnya pada otot bronki, stimulasi jantung, stimulasi SSP dan pernapasan serta diuretic. Berdasarkan efek stimulasi jantung, obat juga digunakan pada sesak napas karena kelainan jantung(astma cardial).
Kontraindikasi : penderita tukak lambung yang aktif dan yang mempunyai riwayat penyakit kejang.
Efek samping ; penggunaan pada dosis tinggi dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri epigastrik, diare, sakit kepala, insomnia, kejang otot, palpitasi, deg degan, hipotensi, aritmia,dll.
Interaksi obat ; sinergisme toksis dengan Efedrin, kadar dalam serum menurun dengan adanya Fenitonion, Kontasepsi, Rifampisin.
Sediaan ; tablet, elixir, rectal, injeksi.
2)      Aminophillin
Indikasi ; pengobatan dan prifolaksi spasme broncus yang berhubungan dengan asma, Emfisema dan bronchitis kronik.
Kontra indikasi ; -
Efek samping ; iritasi gastro intestinal, tachycardia, palpitasi dan hipotensi
Interaksi obat ; kadar dalam plasma meningkat dengan adanya Simetidin, Allopurinol, Eritromycin.
Sediaan ; injeksi, tablet
*      Kortikosteroid (hidrocortison, prednisone, deksametason, triamsinilon)
Indikasi ; obat ini hanya diberikan pada asma yang parah dan tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan asma lainnya. Pada status asmathicus per intra vena dalam dosis tinggi.
Kontra indikasi ; -
Efek samping ; pada penggunaan yang lama akibat osteoporosis, moonface, hiperticosis, impotensi, dan menekan fungsi ginjal. Pemakaian inhalasi efektivitasnya diperbesar dan penekanan terhadap anak ginjal diperingan.
Interaksi obat ; efeknya memperkuat adrenergika dan Teofilin serta mengurangi sekresi dahak.
Dosis ; pemberiaan dosis besar maksimum 2-3 minggu per oral 25-40 mg. untuk pemeliharaan 5-10 mg Prednison setiap 48 jam atau Betametason ½ mg setiap hari.
*      Beta Adrenergik (efek terhadap beta-1 dan beta-2)
1)      Adrenalin
Indikasi ; serangan asma hebat (injeksi s.c) pemakaian oral tidak efektif sebab terurai oleh asam lambung.
Kontra indikasi ; -
Efek samping ; shock jantung, gelisah, gemetar, dan nyeri kepala.
Interaksi obat ; kombinasi dengan Fenobarbital dimaksudkan untuk sedative supaya penderita tidak cemas/takut.
Sediaan ; injeksi
2)      Efedrin
Indikasi ; asma, bronchitis, emfisema.
Kontra indikasi ; penyakit jantung, hipertensi, gondok, glaucoma.
Efek samping ; tachycardia, gelisah, imsomnia, sakit kepala, eksitasi, aritmia ventrikuler.
Interaksi obat ; -
Sediaan ; tablet
*      Beta-2 mimetik
1)      Salbutamol
Indikasi ; selain berdaya bronchodilatasi juga memiliki efek menstabilisasi mastcell, sehingga digunakan terapi simptomatik dan profilaksis asma bronchial, emfisema, dan obstruksi saluran pernapasan.
Kontra indikasi ; hipertensi, insufisiensi miokardial, hipertiroid, diabetes.
Efek samping ; nyeri kepala, pusing, ,mual, tremor tangan. Pada dosis tinggi dapat berakibat tachycardia, palpitasi, aritmia, dan hipotensi.
Interaksi obat ; -
sediaan ; tablet, sirup.
2)      Terbutalin
Indikasi ; asma bronchial, bronchitis kronis, emfisema, dan penyakit paru lain dengan komplikasi bronchopasme.
Kontra indikasi ; hipertiroidisme
Efek samping ; tremor ,palpitalis, pusing.
Interaksi obat ; -
Sediaan ; tablet, inhalasi.
*      Kromoglikat
Indikasi ; profilaksis asma bronchial termasuk pencegahan asma yang dicetuskan oleh aktifitas.
Mekanisme kerja ; stabilisator mastcell sehingga menghalangi pelepasan histamine, serotonin dan leukotrien pada waktu terjadi reaksi antigen antibody.
Kontra indikas ; -
Efreksamping ; iritasi tenggorokan ringan, napas bau, mual, batuk, bronchospasme sementara
Sediaan ; inhalasi 5mg/aktuasi (intal 5R)
*      Anthistamin
1)      Ketotifen
Indikasi ; profilaksis asma bronchial karena alergi
Mekanisme kerja ; dapat memblokir reseptor histamine dan menstabilkan mastcell
Kontra indikasi ; -
Efek samping ; mengantuk, pusing, mulut kering
Sediaan ; tablet
2)      Oksatomida
Dapat memblokir reseptor histamine dan menstabilkan matscell. Penggunaan kecuali pada profiloksis asma alergi, juga untuk rhinitis alergi dan urticaria kronis. Kurang bermanfaat pada serangan asma akut.
Emfisema adalah peleburan gelembung-gelembung paru-paru disertai kerusakan dindingnya sehingga beberapa gelembung paru menjadi satu. Cirri-ciri emfisema paru adalah sesak napas terus menerus yang menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga dan sering kali dengan perasaan letih dan tidak bergairah. Penyebabnya adala bronchitis kronis dengan batukmenahun, serta asma, sehingga jaringan alveoli menjadi rusak akibatnya alveoli terus menerus mengembang kemudiaan pecah dan rusak sehingga penyerapa oksigen menjadi berkurang.

B.OBAT BATUK
1.fisiologi batuk
Batuk adalah suatu refleksi fisiologi yang dapat berlangsung  baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Refleksi tersebut terjadi lazimnya karena adanya rangsangan pada selaput lender pernapasan yang terletak dibeberapa bagian dari tenggorokan dan cabang-cabangnya. Reflek tai berfungsi mengeluarkan dan membersihkan salura pernapasan dari zat-zat perasang itu, sehingga merupakan suatu mekanisma perlindungan tubuh.
2. sebab-sebab batuk
Reflek batuk dapat dtimbulkan oleh karena radang ( infeksi saluran pernapasan, alergi), sebab-sebab mekanisme (debu), perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan kimia (gas, bau-bauan). Penyakit batuk terutama disebabkan oleh infeksi virus, missal virus influenza dan bakteri. Batuk dapat pula merupakan gejala yang lazim pada penyakit tifus, radang paru-paru, tumor saluran pernapasan, dekompensasi jantung, asma atau dapat pula merupakan kebiasaan.
3. pengobatan
Pengobatan batuk pertama-tama hendaknya ditunjukkan pada mencari dan mengobati penyebabnya. Selanjtunya dilakukan pengobatan simptomatiknya, yang harus dibedakan dahulu antara batuk produktif (batuk yang mengeluarkan dahak) dengn batuk yang non produktif.
Batuk produktif adalah suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat asing dan dahak dari tenggorokan. Maka pada azasnya jenis batuk ini tidak ditekan. Terhadap batuk demikian, digunakan obat golongan ekspektoransia yang berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan mempermudah pengeluarannya dari saluran pernapasan.
Sebaliknya batu yang tidak produktif, adala batuk yang tidak berguna sehingga harus ditekan. Untuk menekan batuk jenis ini harus menggonakan obat golongan pereda batuk, yang berkhasiat menekan rangsangan batuk yang bekerja sentral ataupun perifer.
Untuk batuk yang disebabkan alergi, digunakan yang dikombinasikan dengan ekspektoransia. Misalnya syrup chlorphemin, mengandung Promethazine dan Diphenhidramin. Kadang-kadang diperlukan ekspektoransia dan pereda batuk dalam suatu kombinasi, untuk maksud mengurangi frekuensi batuk, dan tiap kali batuk cukup dapat dikeluarkan dahak yang kotor.
4. penggolongan obat batuk
Obat batuk dapat dibagi menjadi dua golongan besar :
*      Zat-zat yang bekerja sentral
Zat-zat ini menekan rangsangan batuk dipusat batuk yang terletak disumsum lanjutan(medulla) dan mungkin juga bekerja diotak dengan efek menenangkan. Zat ini terbagi atas ;
1)      Zat-zat aditif :  yaitu pulvis doveri dan codein. Karena dapat menimbulkan ketagihan, penggunaaanya harus hati-hati.
2)      Zat-zat non aditif, yaitu noskapain, dekstrometorfan, pentoksiverin, prometazin dan diphenhidramine.
*      Zat-zat yang bekerja perifer
Obat ini bekerja diluar ssp, dan dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu ;
1)      Emolliensia
Zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokaan sehingga tidak kering dan melunakkan selaput lender yang teriritasi. Contohnya syrup thyme, zat-zat lender seperti infuse carrageen, akar manis.
2)      Ekspektoransia
Zat ini memperbanyak produksi dahak yang encer dan mengurangi kekentalannya sehingga mempermudahpengeluarannya dengan batuk. Termasuk kedalamnya adalah kalium iodide, ammonium klorida, kreosot, giaiakol, ipeka dan minyak-minyak atsiri.
3)      Mukolitika
Zat ini bekerja mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya. Zat ini efektif digunakan untuk batuk dengan dahak yang kental.
Contohnya ; asetilkarbositein, bromheksin, mesna, ambroksol.
4)      Zat-zat pereda
Zat-zat ini meredaka batuk dengan cara menghambat reseptor sensible di saluran pernapasan.contohnya oksolamin, tipepidin.
5.obat-obat tersendiri
*       Kreosot
Zat cair kuning muda ini hasil penyulingan kayu sejenis pohon dieropa, mengandung kira-kira 70 % guaiakol sebagai zat aktifnya. Zat ini mengurangi pengeluaran lender pada bronki dan membantu menyembuhkan radang yang kronis disamping khasiatnya sebagai bakterisida. Berhubung baunya tidak enak dan merangsang mukosa lambung, maka lebih banyak digunaka guaiakol dalam bentuk esternya yaitu guaiakol karbonat, kalium guaiakol sulfonat, gliseril guaiakolat. Dalam usus, ester tersebut terurai menjadi guaiakol bebas. Kreosot dapat pula digunakan sebagai obat inhalation dengan uap ari.
*      Ipecacuanhae radix
Akar dari tanaman psycotria ipecahuanha (rubiaceae) ini mengandung antara lain alkaloida emetin dan sefalin. Zat-zat itu bersifat emetic, spasmolitik, terhadap kejang saluran pernapasan dan mempertinggi secara reflektoris sekresi bronchial. Penggunaan utamanya sebagai emetika pada kasus keracunan. Sebagai ekspektoransia hanya terkombinasi dengan obat batuk lainnya.
*      Ammonium klorida
Berkhasiat sebgai sekretolitik. Biasanya diberikan dalam bentuk syrup misalnya OBH. Pada dosis tinggi menimbulkan perasaaan mula dan muntah karena merangsang lambung.
*      Kalium iodide
Menstimulir sekresi cabang tenggorokan dan mencairkan dahak, sehingga banyak digunakan dalam obat asma. Efek sampingnya berupa ganguan tiroid, jerawat, gatal-gatal dan struma.
*      Minyak terbang
Seperti minyak kayu putih, minyak permen, minyak anisi dan terpenten. Berkhasiat mempertingggi sekresi dahak, melwan kejang, anti radang, dan bakteriostatik lemah. Minyak permen digunakan sebagai ekspektoransia dengan cara inhalasi, yang dihirup bersama uap air, tenyata amat bermanfaat pada radang cabang tenggorokan.
*      Liquiritie radix
Akar kayu manis dari tanaman glycyrrhiza glabra, mengandung saponin yaitu sejenis glukosida yang bersifat aktif dipermukaan.
Khasiatnya berdasarkan sifatnya yang merangsang selaput lender dan mempertinggi sekresi zat lendir.
*      Kodein
Alkaloid candu ini paling banyak digunakan untuk mengobati batuk, berdasarkan sifat peredanya terhadap pusat batuk. Efek sampingnya antara lain menimbulkan adiksi dan sembelit.
Codipront (marc) mengandung kodein dan anthistamin feniltoloksamin, keduanya terikatpada suatu resin dengan tujuan memperoleh khasiat jangka panjang.
Etil-morfin memiliki khasiat pereda batuk sama dengan kodein, sehingga sering digunakan dalam syrup obat batuk. Disamping itu juga digunakan sebagai analgetik. Karena khasiatnya dapat menstimulir sirkulasi pembuluh darah maat, maka juga digunakan untuk menghilangkan udema conjugative (pembengkakan dimata)
*      Dekstrometorpan
Khasiatnya sama dengan kodein, tetapi tidak bersifat analgetik dan aditif.
*      Bromheksin
Turunan sikloheksil ini bersifat mukolitik, yaitu dapat mencairkan dahak yang kental sehingga mudah dikeluarkan dengan batuk. Efek sampingnya berupa gangguan lambung, usus, pusing, dan berkeringat.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar