pengobatan batuk
Tujuan dari pengobatan batuk adalah
untuk mengurangi frekuensi, keparahan dan komplikasi lebih lanjut dari
batuk. Penentuan terapi batuk yang pertama adalah untuk mencari dan
mengobati peyebabnya, misalnya penggunaan antibiotika untuk infeksi
bakteri di saluran pernafasan. Kemudian dipertimbangkan perlunya
pemberian terapi simptomatis untuk menghilangkan atau meringankan gejala
batuk.
Strategi terapi pada batuk dilakukan
dengan 2 cara, yaitu terapi non farmakologi (tanpa menggunakan obat) dan
terapi farmakologi (dengan menggunakan obat).
1. Terapi non farmakologi (tanpa menggunakan obat)
Pada umunya batuk berdahak maupun tidak berdahak daat dikurangi dengan cara sebagai berikut:
- Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal.
- Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan minuman dingin.
- Menghindari paparan udara dingin.
- Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi tenggorokan sehingga dapat memperparah batuk.
- Menggunakan zat – zat Emoliensia seperti kembang gula, madu, atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk melunakkan rangsangan batuk, dan mengurangi iritasi pada tenggorokan dan selaput lendir.
2. Terapi farmakologi (dengan menggunakan obat)
Pengobatan batuk harus diberikan
berdasarkan jenis batuknya, apakah termasuk jenis batuk berdahak atau
batuk kering. Hal ini penting agar obat yang digunakan tepat untuk
sesuai dengan tujuan terapinya. Terapi farmakologi (dengan obat) pada
batuk dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut :
a. Antitusif
Antitusif digunakan untuk pengobatan
batuk kering (batuk non produktoif). Golongan obat ini bekerja sentral
pada susunan saraf pusat dengan cara menekan rangsangan batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Obat golongan ini tidak sesuai bila
digunakan untuk batuk yang berdahak, karena akan menyebabkan dahak
menjadi kental dan susah dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah
codein, dekstrometorfan, noskapin, prometazin, difenhidramin.
b. Ekspektoran
Ekspektoran digunakan untuk batuk
berdahak. Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan sekresi
cairan saluran pernafasan sehingga kekentalan dahak menjadi berkurang
akibatnya dahak akan mudah dikeluarkan. Obat golongan ini tidak sesuai
bila digunakan untuk batuk kering karena akan menyebabkan frekuensi
batuk menjadi meningkat. Contoh obat golongan ini adalah guaifenesin
(gliseril guaikolat), Amonium klorida, OBH.
c. Mukolitik
Mukolitik digunakan untuk batuk dengan
dahak yang kental sekali, seperti batuk pada bronchitis dan emfisema.
Golongan obat ini bekerja dengan jalan memutus serat-serat
mukopolisakarida atau membuka jembatan disulfide diantara makromolekul
yang terdapat pada dahak sehingga kekentalan dahak akan menjadi
berkurang, akibatnya dahak akan mudah dikeluarkan. Contoh obat golongan
ini adalah N-asetilsistein, karbosistein, ambroksol, bromheksin dan
erdostein.
treatment of cough
The goal of treatment is to reduce cough frequency , severity and further complications of coughing . Determination
of the first cough therapy is to find and treat peyebabnya , for
example, the use of antibiotics for bacterial infections in the
respiratory tract . Then consider the need for symptomatic therapy to eliminate or alleviate symptoms of cough .Therapeutic strategies to cough done in 2 ways , namely
non-pharmacological therapy ( without using drugs ) and pharmacological
therapy (using drugs ) .1 . Non-pharmacological therapy ( without using drugs )In general, non-productive cough with phlegm or daat reduced in the following manner :
Increase drinking water to help thin phlegm , reducing irritation and itching .
Avoiding exposure to dust , beverages or foods that stimulate the throat like greasy food and cold drinks .
Avoiding exposure to cold air .
Avoiding smoking and cigarette smoke because it can irritate the throat so as to aggravate the cough .
Using substances - substances such Emoliensia confectionery , honey , or candy lozenges suction . It serves to soften the cough stimulus , and reduces irritation of the throat and mucous membranes .
2 . Pharmacological therapy (using drugs )Treatment of cough should be given based on the type of cough , whether including the type of cough with phlegm or dry cough . It is important that drugs are used appropriately to suit the purpose of the therapy . Pharmacological therapy ( with drugs ) on the cough can be done using the following medications :a. antitussiveAntitussives used for the treatment of dry cough ( coughing non produktoif ) . This class of drugs works on the central nervous system by pressing the center and raise the threshold stimuli induce cough cough . These drugs are not appropriate when used for cough with phlegm , as it will cause the sputum becomes thick and hard issued . Examples of this class of drug is codeine , dextromethorphan , noskapin , promethazine , diphenhydramine .
b . expectorantExpectorant used to cough up phlegm . This class of drugs works by increasing respiratory secretions so that the viscosity of sputum expectoration will consequently be reduced easily removed . These drugs are not appropriate when used for dry cough cough because it will cause the frequency to be increased. Examples of this class of drugs is guaifenesin ( glyceryl guaikolat ) , Ammonium chloride , OBH .
c . mukolitikMucolytic used for cough with thick sputum once , such as bronchitis and emphysema cough . This class of drugs works by deciding mucopolysaccharide fibers or open a disulfide bridge between the macromolecules found in sputum so that the viscosity of the sputum will be reduced , as a result of sputum will be easily removed . Examples of this class of drugs is N - acetylcysteine , karbosistein , ambroksol , bromheksin and erdostein .
Increase drinking water to help thin phlegm , reducing irritation and itching .
Avoiding exposure to dust , beverages or foods that stimulate the throat like greasy food and cold drinks .
Avoiding exposure to cold air .
Avoiding smoking and cigarette smoke because it can irritate the throat so as to aggravate the cough .
Using substances - substances such Emoliensia confectionery , honey , or candy lozenges suction . It serves to soften the cough stimulus , and reduces irritation of the throat and mucous membranes .
2 . Pharmacological therapy (using drugs )Treatment of cough should be given based on the type of cough , whether including the type of cough with phlegm or dry cough . It is important that drugs are used appropriately to suit the purpose of the therapy . Pharmacological therapy ( with drugs ) on the cough can be done using the following medications :a. antitussiveAntitussives used for the treatment of dry cough ( coughing non produktoif ) . This class of drugs works on the central nervous system by pressing the center and raise the threshold stimuli induce cough cough . These drugs are not appropriate when used for cough with phlegm , as it will cause the sputum becomes thick and hard issued . Examples of this class of drug is codeine , dextromethorphan , noskapin , promethazine , diphenhydramine .
b . expectorantExpectorant used to cough up phlegm . This class of drugs works by increasing respiratory secretions so that the viscosity of sputum expectoration will consequently be reduced easily removed . These drugs are not appropriate when used for dry cough cough because it will cause the frequency to be increased. Examples of this class of drugs is guaifenesin ( glyceryl guaikolat ) , Ammonium chloride , OBH .
c . mukolitikMucolytic used for cough with thick sputum once , such as bronchitis and emphysema cough . This class of drugs works by deciding mucopolysaccharide fibers or open a disulfide bridge between the macromolecules found in sputum so that the viscosity of the sputum will be reduced , as a result of sputum will be easily removed . Examples of this class of drugs is N - acetylcysteine , karbosistein , ambroksol , bromheksin and erdostein .
Codein Pilihan Terapi Simtomatik untuk Batuk
Batuk merupakan gejala yang umum ditemukan
pada pasien infeksi saluran napas, baik atas maupun bawah. Terkadang,
seorang klinisi hanya terfokus pada terapi antibiotik tanpa
memperhatikan terapi simtomatik batuknya.
Salah satu obat batuk ‘lama’ yang masih dipercaya dan terbukti secara
klinis efektif untuk mengatasi berbagai jenis batuk (batuk berdahak dan
batuk tidak berdahak) adalah codein.
Dalam kongres terbesar penyakit dalam, KOPAPDI XV, Medan, 12-15
Desember 2012, codein diinformasikan oleh PT Kimia Farma, perusahaan
farmasi nasional yang memiliki kredibilitas yang sangat tinggi. Produk
ini memiliki nama dagang Codiprontâ.
Sudah diketahui secara luas bahwa kodein
adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat ini
memiliki beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak. Kodein
dapat dikonversikan menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri,
meredakan batuk dan sesak napas, serta anti-diare.
Kodein memiliki efek anti-nyeri. Kodein
dapat diindikasikan sebagai pereda atau penghilang nyeri hebat yang
tidak dapat diatasi dengan analgesik non-opioid. Sebuah studi menemukan
bahwa kombinasi antara parasetamol 500 mg/kodein 30 mg tiga kali sehari
ditambah natrium diklofenak 50 mg satu kali sehari memiliki efek
analgesik yang sama dengan pemberian natrium diklofenak 50 mg dua kali
sehari pada pasien artritis reumatoid. Substitusi natrium diklofenak
dengan parasetamol dan kodein ini memiliki keuntungan mengurangi efek
samping iritasi pada mukosa lambung.
Secara umum, kodein dapat meredakan nyeri yang menyertai infark miokard,
keganasan, kolik renal atau kolik empedu, oklusi pembuluh darah
perifer, perikarditis akut, dan nyeri akibat trauma seperti luka bakar,
fraktur, dan luka pasca-bedah. Efek lain dari kodein adalah
anti-diare. Alkaloid morfin dan turunannya secara umum memiliki manfaat
menghentikan diare dengan terlibat langsung pada otot polos kolon. Pada
pengobatan diare yang disebabkan intoksikasi makanan atau obat lain,
pemberian morfin harus didahului dengan pemberian garam katalitik untuk
mengeluarkan racun dan mikroorganisme etiologi diare.
Khasiat yang paling terkenal dari kodein
adalah penghambatan terhadap refleks batuk. Penghambatan ini bermanfaat
meredakan batuk iritatif, kering, dan batuk yang sangat mengganggu.
Batuk yang seperti ini sangat mengganggu pasien karena menyebabkan
pasien tidak dapat tidur, tidak dapat beristirahat, dan nyeri pada dada.
Pemberian kodein sebagai antitusif dianjurkan bagi pasien dewasa dan
anak-anak.
Codipront Cum Expectorant mengandung
codein, fenitoloksamin yang merupakan antihistamin yang mempunyai efek
pada elergi, guafenesin yang bersifat mencairkan dan melarutkan dahak
sehingga berfungsi sebagai ekspektoran, serta ekstrak Thymi yang
bekerja sebagau ekspektoran ringan (pada sediaan syrup). Oleh Karen itu,
obat ini diindikasikan bagi batuk berdahak yang disebabkan oleh alergi
maupun non-alergi. Sementara itu, Codipront Prototype Antitusive
mengandung dua zat aktif saja (tidak mengandung bahan ekspektoran),
yaitu codein dan fenitoloksamin. Codein jelas berkhasiat untuk menekan
refleks batuk pada sentral, serta fenitoloksamin berkhasiat
antihistamin yang mempunyai efek anti-alergi. Obat ini dapat diberikan
untuk batuk kering iritatif yang tidak berdahak.
Penggunaan keduanya sama, yaitu diberikan pada pagi dan sore hari,
terbagi menjadi anak-anak usia 2-4 tahun (setengah sendok takar @ 5 ml
atau 2,5 ml), untuk anak-anak usia 4-6 tahun (1 sendok takar @ 5 ml atau
5 ml), untuk anak-anak 6-14 tahun (2 sendok takar @ 5 ml atau 10 ml),
dan pada anak-anak di atas usia 14 tahun dan dewasa dapat dipakai 1
kapsul atau 3 sendok takar @ 5 ml atau 15 ml. Pemberian dosis ini
membuat pasien tetap aktif di siang hari dan penuh ketenangan di malam
hari serta meningkatkan kepatuhan pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar