Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī
Prangko
terbitan 6 September 1983 di Uni Soviet
memperingati ulang tahun al-Khwārizmī yang ke-1200 (perkiraan)
|
|
Lahir
|
c. 780
|
Meninggal
|
c. 850
|
Suku
|
|
Dikenal karena
|
Risalahnya tentang aljabar dan
angka India
|
Mempengaruhi
|
Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (Arab: محمد بن موسى الخوارزمي) adalah
seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780
di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan
wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya,
ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad
Buku
pertamanya, al-Jabar,
adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi
kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak
Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan
angka India, kemudian diperkenalkan sebagai
Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat
pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan
Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan
tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi
beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan.
Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr,
satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang
tercantum dalam buku beliau. Kata algorisme dan algoritma diambil dari kata Algorismi,
Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang
berarti digit.
Daftar isi
- 1 Biografi
- 2 Karya
- 2.1 Kitab I - Aljabar
- 2.2 Buku 2 - Dixit algorizmi
- 2.3 Buku 3 - Rekonstruksi Planetarium
- 2.4 Buku 4 - Astronomi
- 2.5 Buku 5 - Kalender Yahudi
- 2.6 Karya lainnya
- 3 Lihat pula
- 4 Pranala luar
Biografi
Sedikit yang
dapat diketahui dari hidup beliau, bahkan lokasi tempat lahirnya sekalipun.
Nama beliau mungkin berasal dari Khwarizm (Khiva) yang berada di Provinsi
Khurasan pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah (sekarang Xorazm, salah satu
provinsi Uzbekistan). Gelar beliau adalah Abū
‘Abdu llāh (Arab: أبو عبد
الله) atau Abū Ja’far.
Sejarawan al-Tabari
menamakan beliau Muhammad bin Musa al-Khwārizmī al-Majousi al-Katarbali
(Arab: محمد بن موسى الخوارزميّ المجوسيّ
القطربّليّ). Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan beliau berasal dari Qutrubbull,
kota kecil dekat Baghdad.
Tentang agama
al-Khawārizmī', Toomer menulis:
“
|
Sebutan lain untuk beliau
diberikan oleh al-Ṭabarī, "al-Majūsī," ini mengindikasikan ia
adalah pengikut Zoroaster.Ini
mungkin terjadi pada orang yang berasal dari Iran.
Tetapi, kemudian buku Al-Jabar beliau menunujukkan beliau adalah seorang Muslim Ortodok,jadi sebutan Al-Tabari
ditujukan pada saat ia muda, ia beragama Majusi.
|
”
|
Dalam Kitāb
al-Fihrist Ibnu
al-Nadim, kita temukan sejarah singkat beliau, bersama dengan
karya-karya tulis beliau. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya
antara 813-833.
setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat
ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina
dan India berkelana ke kota ini, yang juga
dilakukan beliau. Dia bekerja di Baghdad pada Sekolah
Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan
matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sanskerta dan Yunani.
Karya
Karya terbesar
beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian
lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang
beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear
dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang
diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab
al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (Arab الكتاب المختصر في حساب الجبر
والمقابلة) atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan
dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku
beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun
825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur
tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi
menjadi bahasa Latin.
Beberapa
kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India,
dan sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan
koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada
geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur
–Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard
("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang
memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani
mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia
dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh
Ptolemeus.
Ia kemudian
mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi
dalam proyek menentukan tata letak di Bumi,
bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut
“ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa
dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat
pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.
Kitab I - Aljabar
Al-Kitāb
al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala (Arab: الكتاب المختصر في حساب الجبر
والمقابلة atau Kitab yang Merangkum Perhitungan Pelengkapan dan
Penyeimbangan) adalah buku matematika yang
ditulis pada tahun 830. Kitab ini merangkum definisi aljabar. Terjemahan ke dalam bahasa Latin dikenal sebagai Liber
algebrae et almucabala oleh Robert
dari Chester (Segovia, 1145)
dan juga oleh Gerardus
dari Cremona.
Dalam kitab
tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan
menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di sini b
dan c adalah bilangan bulat
positif)
- kuadrat sama dengan akar (ax2 = bx)
- kuadrat sama dengan bilangan konstanta (ax2 = c)
- akar sama dengan konstanta (bx = c)
- kuadrat dan akar sama dengan konstanta (ax2 + bx = c)
- kuadrat dan konstanta sama dengan akar (ax2 + c = bx)
- konstanta dan akar sama dengan kuadrat (bx + c = ax2)
dengan membagi
koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( الجبر )
atau pemulihan atau pelengkapan) dan al-muqābala (penyetimbangan).
Al-jabr adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari
notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x2
= 40x - 4x2 disederhanakan menjadi 5x2
= 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang
sama ke sisi notasi. Contohnya, x2 + 14 = x + 5
disederhanakan ke x2 + 9 = x.
Beberapa
pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī,
Abū
Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abū
Muḥammad al-‘Adlī, Abū
Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu
Turk, Sind
bin ‘Alī, Sahl
bin Bišr, dan Šarafaddīn
al-Ṭūsī.
Buku 2 - Dixit algorizmi
Buku kedua
besar beliau adalah tentang aritmatika, yang
bertahan dalam Bahasa Latin,
tapi hilang dari Bahasa Arab yang
aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard
of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.
Pada manuskrip
Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit
algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de
numero Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah
nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857.
Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind ("Buku Penjumlahan dan
Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu").
Buku 3 - Rekonstruksi Planetarium
Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan.
Buku ketiga
beliau yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ (Bhs.Arab:
كتاب صورة الأرض "Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan
Bumi" diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833
adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat
geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.
Hanya ada satu
kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di
Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku
Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan
Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.
Buku ini
dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang
menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca.
Oleh Paul
Gallez, dikatakan bahwa ini sangat bermanfaat untuk menentukan
posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik
dalam salinan Arab maupun
Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert
Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat.
Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
Buku 4 - Astronomi
Kampus Corpus
Christi MS 283
Buku Zīj
al-sindhind (Arab: زيج "tabel
astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi
kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial,
astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.
Versi aslinya
dalam Bahasa Arab (ditulis 820)
hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama
al-Majrīṭī (1000)
tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126).
Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique
(Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris),
the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Buku 5 - Kalender Yahudi
Al-Khawārizmī
juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi
istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi").
Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa
dari suatu minggu bulan Tishrī
dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi(penciptaan Adam)
dan era Seleucid ; dan memberikan hukum
tentang bujur matahari dan bulan
menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī
dan Maimonides.
Karya lainnya
Beberapa
manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo
dan Paris berisi pendekatan material yang
berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang
sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.
Dua karya
berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan
determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min
qibal al-irtifā’).
Beliau juga
menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam
Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah)
tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.
Ibnu Haitham
Abu Ali
Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (Bahasa Arab:ابو
علی، حسن بن حسن بن الهيثم) atau Ibnu Haitham (Basra,965
- Kairo 1039),
dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen,
adalah seorang ilmuwan Islam
yang ahli dalam bidang sains, falak,
matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan
penyelidikan mengenai cahaya, dan telah
memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Roger Bacon,
dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop..
Daftar isi
Sejarah
Masa ilmuwan-ilmuwan Islam
Islam
sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Islam
juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai pelbagai
lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar
tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.
Sejarah telah
membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan
ilmuwan yang sangat hebat dalam bidang falsafah, sains,
politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama,
pengobatan, dan sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para
tokoh ilmuwan
Islam ialah mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada
usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang
ilmu secara bersamaan.
Walaupun tokoh
itu lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan
tetapi dia juga memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama,
falsafah, dan sebagainya. Salah seorang
daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu
All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.
Perjalanan hidup
Dalam kalangan
cerdik pandai di Barat, beliau dikenali dengan nama Alhazen. Ibnu
Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H
bersamaan dengan 965 Masehi. Ia memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum
dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa
lama berkhidmat dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan
merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah
melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada penulisan.
Kecintaannya
kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir.
Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja
penyelidikan mengenai aliran dan saliran Sungai Nil
serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan
menuju Universitas Al-Azhar.
Hasil daripada
usaha itu, beliau telah menjadi seorang yang amat mahir dalam bidang sains,
falak, matematik, geometri, pengobatan,
dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang
penting dalam bidang pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai
pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai
mata.
Karya dan penelitian
Sains
Ibnu Haitham
merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai
cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan
Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang
menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah
buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas
mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang
dan gerhana.
Menurut Ibnu
Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat di
ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari berada di
garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berhasil
menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Ibnu Haitham
juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ
ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan
di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.
Yang lebih
menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum
seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun
kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi sebelum
Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa
manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur
telah memberikan ilham kepada ilmuwan barat untuk menghasilkan wayang gambar.
Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya
disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat
kita lihat pada masa kini.
Filsafat
Selain sains,
Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logik, metafizik, dan
persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Ia turut menulis ulasan dan
ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.
Penulisan
falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi
pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu perkara
berpunca daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.
Beliau juga
berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan
kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan yang sedia ada. Jadi,
pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.
Bagi Ibnu
Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan
ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk
menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya.
Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental akan turut
mengalami kemerosotan.
Karya
Ibnu Haitham
membuktikan pandangannya apabila beliau begitu ghairah mencari dan mendalami ilmu
pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini beliau berhasil menulis banyak
buku dan makalah. Di antara buku hasil karyanya:
- Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya;
- Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri;
- Kitab Tahlil ai'masa^il al 'Adadiyah tentang algebra;
- Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau;
- M.aqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak dan
- Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.
Sumbangan Ibnu
Haitham kepada ilmu sains dan filsafat amat banyak. Kerana itulah Ibnu Haitham
dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu
pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.
Walau
bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah "dicuri" oleh ilmuwan
Barat tanpa memberikan penghargaan yang patut kepada beliau. Tapi sesungguhnya,
barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam karena
tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi
kegelapan.
Kajian Ibnu
Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains dan pada masa
yang sama tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan keaslian pemikiran
sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi terbelenggu oleh
pemikiran filsafat Yunani.
Ibnu Sina
Ibnu Sina (980-1037)
dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan,
dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah
menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga
seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang
filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak
Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan
bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran
selama berabad-abad. Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī
al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina
atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu
Sina lahir pada 980 di Afsyahnah
daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037
di Hamadan, Persia (Iran). Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok
bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang
sebagai "bapak kedokteran modern." George
Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam
dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu".
Karyanya yang paling terkenal adalah The
Book of Healing dan The
Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun
(judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb). Latar Belakang Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter dan
penulis aktif yang lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut
ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani,
Persia dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak
diterjemahkan dan dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam. Pengembangan
ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan di
masa ini meliputi matematika, astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan.. Pada
zaman Dinasti Samayid
dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti
Buyid dibagian barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung
bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu
pengetahun dunia Islam. Ilmu ilmu lain seperti studi tentang
Al-Quran dan Hadist berkembang dengan perkembangan dengan suasana perkembangan
ilmiah. Ilmu lainya seperti ilmu filsafat, Ilmu
Fikih, Ilmu Kalam sangat
berkembang dengan pesat. Pada masa itu Al-Razi dan Al-Farabi menyumbangkan ilmu pengetahuan
dalam bidang ilmu pengobatan dan filsafat. Pada masa itu Ibnu Sina memiliki
akses untuk belajar di perpustakaan besar di wilayah Balkh,
Khwarezmia, Gorgan,
Kota
Ray, Kota Isfahan dan Hamedan. Selain fasilitas perpustakaan
besar yang memiliki banyak koleksi buku, pada masa itu hidup pula beberapa
ilmuwan muslim seperti Abu Raihan Al-Biruni
seorang astronom terkenal, Aruzi Samarqandi, Abu Nashr Mansur seorang
matematikawan terkenal dan sangat teliti, Abu al-Khayr Khammar seorang
fisikawan dan ilmuwan terkenal lainya.
Karya Ibnu Sina
- Qanun fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan bebas : Aturan Pengobatan)
- Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
- An Najat
- Mantiq Al Masyriqin (Logika Timur)
Zaid Shakir
Lahir
|
Ricky D. Mitchell
24 Mei 1956 (umur 58) Berkeley, California, A.S. |
Pekerjaan
|
|
Agama
|
|
Situs
web
|
|
Zaid Shakir
Salim (lahir 24 Mei 1956;
umur 58 tahun) adalah seorang cendekiawan muslim
dan penulis Amerika yang merupakan co-founder
(bersama Hamza Yusuf dan Hatem Bazian), dan anggota
fakultas dari Zaytuna
College di Berkeley,
California, Amerika Serikat, tempat ia mengajar kursus bahasa Arab, fikih,
sejarah, dan spiritualitas
Islam.
Awal kehidupan
Lahir di Berkeley,
California, dan dengan tahun-tahun formatifnya di Connecticut, ia menerima Islam pada tahun
1977 ketika bertugas di Angkatan
Udara Amerika Serikat dan tak lama setelah mengubah namanya menjadi
Zaid Shakir Salim. Sebuah lulusan summa cum laude, ia memperoleh gelar BA
Hubungan
Internasional di Universitas
Amerika, Washington, D.C.
dan kemudian memperoleh gelar MA di bidang Ilmu Politik di Universitas
Rutgers. Sementara di Rutgers, ia berhasil memimpin kampanye untuk
penarikan investasi dari Afrika Selatan, dan membantu mendirikan pusat Islam
setempat, Masjid al-Huda. Setelah setahun belajar bahasa Arab di Kairo,
Mesir, ia menetap di New Haven,
Connecticut dan melanjutkan aktifitas kemasyarakatannya, membantu
mendirikan Masjid al-Islam, Tri-State Muslim Education Initiative, dan Connecticut
Muslim Coordinating Committee. Sebagai Imam Masjid al-Islam tahun 1988
hingga 1994 ia memimpin sebuah pembaharuan masyarakat dan upaya akar rumput
anti-narkoba. Dia juga mengajar ilmu politik dan bahasa Arab di Southern Connecticut State University.
Ia menjabat sebagai pemuka agama dewan antaragama di Universitas Yale dan mengembangkan
Pelatihan Sensitivitas Kerohanian untuk dokter di Rumah Sakit Yale New Haven.
Zaid Shakir berpartisipasi sebagai pembicara di konferensi tahunan Masyarakat Islam Amerika Utara
Muhammad Asad
Muhammad Asad atau Leopold Weiss (lahir di Lemberg, Austria-Hongaria pada tahun 1900
– meninggal di Spanyol pada tahun 1992)
adalah seorang cendekiawan muslim, mantan Duta Besar Pakistan untuk Perserikatan
Bangsa Bangsa, dan penulis beberapa buku tentang Islam
termasuk salah satu tafsir Al Qur'an modern
yakni The Message of the Qur'an. Muhammad Asad terlahir sebagai Leopold
Weiss pada tahun 1900 di kota Lemberg, saat itu bagian dari Kekaisaran
Austria-Hongaria(sekarang bernama Lviv
dan terletak di Ukraina) dalam lingkungan keluarga Yahudi. Keluarganya secara turun-temurun adalah rabbi
(pemuka agama Yahudi) kecuali ayahnya yang menjadi seorang pengacara.
Pendidikan agama yang ia enyam selama masa kecil hingga mudanya menjadikan ia
familiar dengan bahasa Aram, Kitab Perjanjian Lama
serta teks-teks maupun tafsir dari Talmud, Mishna,
Gemara dan Targum.
Pada usia 14
tahun ia lari dari rumah untuk bergabung dengan tentara Austria dalam Perang Dunia
Pertama. Pada usia 19 tahun, ia meninggalkan studinya di bidang
Filsafat dan Sejarah Seni, kemudian menjadi asisten perintis film, Dr. Murnau,
dan genius di bidang teater, Max Reinhardt,di Berlin. Tahun 1922, ia menjadi reporter harian
Frankfurter Zeitung (sebuah harian terkemuka di Jerman), dan kemudian menjadi korespondennya untuk
negara Timur Dekat. Tahun 1926, berkat kesan mendalam dari
hasil pengembaraannya di negara-negara Islam Timur Tengah (terekam dalam salah satunya
bukunya "Road to Mecca") ia memeluk Islam. Ia lantas mengatakan
mengenai Islam :" Dalam pandangan saya, Islam terlihat seperti
sebuah hasil arsitektur yang sempurna. Semua elemen didalamnya secara harmonis
dalam saling melengkapi dan mendukung; tidak ada yang berlebihan dan tidak ada
yang kurang; hasilnya adalah sebuah struktur dengan keseimbangan sempurna dan
komposisi yang kuat." Ia mengembara dan menyaksikan dengan kepala
sendiri beberapa pergerakan pembebasan yang muncul pada awal abad 20 untuk
membebaskan daerah Islam dari kaum kolonial. Ia berkunjung ke India
di mana ia berjumpa dan bekerjasama dengan Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair yang
menginspirasikan lahirnya negara Pakistan. Bahkan ia
menjadi Duta Besar Pakistan pertama untuk PBB.
Mendekati akhir hayatnya ia kemudian pindah ke Spanyol dan hidup disana bersama istri
ke-empatnya Paola Hameeda Asad hingga wafatnya. Asad menulis beberapa buku, salah satu yang terkenal
adalah Road To Mecca, di mana ia menceritakan pengembaraannya dalam
daerah Islam dan bagaimana ia kemudian memeluk Islam, juga beberapa
pemikirannya tentang pergerakan Zionis. Ia juga menulis The
Message of the Qur'an, terjemahan yang dia lengkapi dengan tafsir singkat
berdasarkan pengetahuannya dalam bahasa arab klasik dan tafsir-tafsir klasik.
Tafsir tersebut diakui sebagai salah satu terjemahan terbaik Al Qur'an dalam
bahasa Inggris walaupun dikritik oleh beberapa aliran tradisional seperti
Mu'tazilah. Ia juga menulis terjemahan dan komentar terhadap kitab Sahih Bukhari, salah satu kitab koleksi hadits terkemuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar